Mengaguminya bahkan bersedia melakukan apa pun demi dia. Memang tidak ada yang salah dengan itu. Tapi tahukah para lelaki bahwa semua wanita berbohong dalam beberapa situasi tertentu, dan salah satunya mungkin pasangan Anda.
Terkadang wanita berdusta untuk melindungi perasaannya atau perasaan pasangannya. Motifnya tidak bisa ditebak, tapi apa pun kasusnya, beberapa kebohongan lebih sering terjadi pada kasus tertentu. Pelajari apa saja kebohongan tersebut, ciri-cirinya dan bagaimana mengatasinya.
Ini dia, lima kebohongan umum yang biasa dilakukan para wanita pada pasangannya:
Saya Tidak Marah. Jika wanita mengatakan itu, sudah jelas bahwa ia marah. Jangan pikir Anda dapat mengatasinya dengan mudah. Kebohongan ini adalah jenis yang paling sering digunakan dalam suatu hubungan. Wanita berkata demikian sebagai usaha mempertahankan diri. Sebagai contoh, jika seorang pria lupa hari ulang tahun pacarnya dan meminta maaf setelahnya, wanita umumnya berkata, "Saya tidak marah."
Dengan berkata seperti itu, wanita sebenarnya ingin pria dapat membaca pikirannya, dan belajar bahwa perkataan, "Saya tidak marah," sebenarnya berarti, "Saya sedang melemparkan senjata agar tidak terlihat sekarang."
Tindakan yang paling tepat mengatasi kebohongan ini adalah dengan menghubunginya, mendengarkan perasaannya yang sebenarnya dan mendiskusikan apa yang telah membuatnya marah.
Saya tidak keberatan kamu pergi dengan teman-temanmu. Jangan terburu senang dahulu jika pacar Anda berkata demikian. Kata-kata bijak tersebut memang sangat enak didengar, tapi ternyata semua wanita akan merasa keberatan jika pasangannya pergi bersama teman-temannya.
Wanita merasa sangat khawatir jika pasangannya berkumpul dengan teman-teman prianya karena dianggap dapat berbuat yang macam-macam, termasuk berselingkuh.
Wanita tidak ingin dinomorduakan, itu juga mungkin yang ingin disampaikannya. Sebaiknya bicarakan dan jelaskan apa saja yang biasa dilakukan Anda dan teman-teman Anda pada saat berkumpul. Wanita hanya butuh diberi pengertian, itu saja.
Saya tidak siap pacaran saat ini. Wanita yang berkata seperti itu sebenarnya menyimpan kalimat lanjutan dalam hatinya, seperti, "Saya hanya tidak ingin disakiti lagi setelah putus beberapa waktu yang lalu."
Atau jika ia menolak dengan kalimat, "Saya terlalu sibuk dengan karier sehingga saat ini belum siap menjalani suatu hubungan," sebenarnya ia hanya ingin tahu seberapa besar tekad Anda untuk mendapatkannya. Semuanya tergantung pilihan Anda jika sudah demikian, usahakan atau tinggalkan.
Saya tidak keberatan membayar, kan sebelumnya engkau yang bayar. Jika wanita sudah berkata demikian, percayalah bahwa itu bohong. Meskipun tidak semua wanita melakukan kebohongan ini, tapi kebanyakan mereka masih mengharapkan segala sesuatunya dibayari pria, terutama jika ajakan keluar atau makan itu datang dari si pria. Pria sebaiknya menawarkan pembayaran lebih dulu ketimbang wanita.
Mengatasi hal tersebut, sebaiknya lakukan persiapan dengan matang, termasuk rencanakan minimal biaya yang dikeluarkan untuk pergi kencan. Anda bisa saja bersikap adil dan mendiskusikan soal bayar membayar dengan pasangan wanita Anda, tapi untuk tahap awal berkencan sebaiknya jangan mengambil resiko.
Tadi itu sangat hebat. Kebohongan ini termasuk kategori kebohongan seksual. Ketika seorang wanita sudah berkomitmen dengan seorang pria, ia akan fokus, percaya dan merasa sangat cocok dengannya. Karena itulah, mereka juga sering mengatakan pada pria apa yang ingin didengar si pria itu.
Seperti dalam berhubungan seksual, wanita akan mengatakan sesuatu yang menurutnya dapat membuat si pria senang dan bangga, seperti, "Sayang, tadi engkau sangat hebat."
Ketika saat bercinta tiba, akan lebih aman jika Anda mengkomunikasikan dengan baek seperti mendiskusikan segala sesuatunya dengan pasangan. Jangan biarkan ia membohongi dirinya sendiri maupun Anda.
Jika Anda sudah mengetahui kebohongan-kebohongan wanita, cepatlah bereaksi sebijak dan seadil mungkin. Sekali wanita tahu bahwa Anda tidak bisa tertipu, maka ia akan lebih jujur dan terus terang lagi nantinya.......
Kekuatan wanita tidak seperti pada kekuatan pria.Kekuatan pria dapat terlihat oleh mata..Dengan tangan pria,ia dapat menggangkat barang berat dengan kekuatannya..Hanya di film kartun ada wanita kuat yaitu wonder woman yang mempunyai kekuatan secara fisik dan kecantikan. Bagaimana dengan di dunia nyata?
Saya adalah seorang wanita,kadang aku berpikir dimana kekuatan seorang wanita?Seorang wanita dapat mengandalkan kekuatan dari kecantikannya..Sampai ada seorang raja di india yang membangun TajMahal untuk istrinya sebagai bukti dari cintanya..Karena seorang wanita,terbangunlah Tajmahal yang terkenal itu..
Ada juga sebuah lagu yang isi liriknya mengatakan bahwa pria dapat tunduk di ujung kerling wanita..Kerlingan wanita dapat menjadi kekuatan..Kekuatan yang dapat menghacurkan sebuah keluarga bila kerlingan itu memikat pria yang beristri!Lihat saja Bambang Triatmojo yang tunduk di kerlingan Mayangsari,sehingga Mayang sari dapat menjadi perempuan yang mendadak kaya..
Bambang lupa akan istrinya Halimah dan jatuh ke pelukan Mayang.Kadang-kadang aku ingin menebak2,kenapa ini terjadi?Kekuatan apa yang dimiliki Mayang sari sehingga dapat menundukkan hati seorang Bambang?Apakah kekuatan Mayang akan terus bertahan?Entahlah..tapi aku tidak mau menduga2 daripada muncul fitnah.
Ingat cerita Delila dan Samson?Samson yang begitu kuat dan tidak ada seorang pun dapat mengalahkannya kecuali seorang wanita bernama Delila.Samson tidak dikalahkan oleh pria yang kuat tapi seorang wanita.Rayuan wanitalah yang dapat menjatuhkan pria.Kadang aku ingin tertawa kecil dalam hati,kok begitu bodohnya pria itu bila sudah terpikat oleh wanita.Pria lupa segalanya.Pria bukan mabuk kepayang oleh anggur tapi wanita.Akal sehat sudah tidak berjalan bila ada pria yang tergoda oleh wanita.
Tapi ada suatu kekuatan wanita yang cukup ampuh menaklukkan pria...Karena aku sudah menikah,aku jadi mengerti.Kelembutan wanita dapat meluluhkan pria.Walau kadang aku sangat "amat" sulit melakukannya.Kadang ego itu selalu ada dalam hati.Tapi kelemahlembutan bukan hal yang instan diperoleh tapi perlu latihan karena aku tahu segala sesuatu yang baik perlu ketekunan untuk memperolehnya.Kelemahlembutan berbeda dengan rayuan.Setiap wanita bisa merayu tapi tidak semua wanita mempunyai hati yang lembut.Hati yang lembut itu,walaupun dia dilukai dia tidak marah dan tidak membalas.Aku akui sangat sulit mempunyai hati yang lembut..
Makanya,aku bersyukur sekali kalo aku menjadi wanita.Karena banyak kelebihan seorang wanita..Ada pepatah bilang di balik kesuksesan pria ada wanita yang kuat dibelakang pria tersebut.Setuju?Hidup perempuan!!!!!Makanya hargailah Wanita,wahai pria..
Makna di Balik Kata
Pelajaran dari Kisah Ini
“Apabila kalian membunuh maka membunuhlah dengan baik dan apabila kalian menyembelih maka sembelilah dengan baik.” (HR.Muslim)
“Setiap umatku akan diampuni kecuali orang yang mujahir (terang-terangan). Mereka (para sahabat) berkata, “Siapakah orang yang mujahir itu?” Beliau berkata, “Ia adalah orang yang berbuat dosa kemudian Allah tutupi aibnya. Lalu pada pagi harinya ia menceritakannya.” (HR. Muttafaq alaih)
Rincian Taubat Nasuha
Jika kita menelaah kembali sejarah wanita sebelum Islam, dimana kedudukan wanita sangat tidak berharga, bahkan sebuah keluarga dianggap hina jika melahirkan seorang bayi wanita. Pada masa itu wanita sama halnya seperti binatang yang menjijikan. Seorang ayah boleh menjual belikan anak perempuannya, mengubur hidup-hidup anaknya dan yang lebih keji lagi para suami rela membagi istrinya dengan teman-temannya. Bisa kita bayangkan jika Islam tidak datang pada masa itu dan kebiasaan itu masih terjadi pada massa sekarang??
Pernyataan di atas sedikit menggambarkan kita bagaimana Islam menjaga, bahkan menaikkan harkat dan martabat wanita. Di dalam al-Qur’an sangat jelas diungkapkan beberapa kriteria wanita shalihah menurut kacamata Islam yang artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. 30:21)
Taat kepada Allah swt.
Taat kepada Allah merupakan hal yang sangat urgen yang harus dimiliki wanita shalihah. Karena kecantikan hakiki seorang wanita dapat dilihat dari ketaatannya kepada Allah swt. Ketaatan kepada Allah dapat berupa keimanan dan mewujudkan keyakinannya dari segala tingkah lakunya, diantaranya: taat terhadap semua aturan yang Dia tetapkan, segera menyadari kekhilafannya dengan bertaubat, rajin beribadah, berpuasa sunah dan senantiasa menelaahh ilmu-ilmu agama agar keimanannya selalu bertambah setiap saat.. Inilah cakupan yang amat menyeluruh dari kepribadian wanita shalihah.
Namun, hukum Allah yang kerap kali dilanggar oleh kaum wanita pada zaman ini adalah dalam hal berbusana. Islam telah mengatur etika seluruh ritual kehidupan manusia dari etka beribadah sampai etika berpakaian. Sebagaiman sabda Rasulullah saw.: ”Kaum wanita yang berpakaian tetapi seperti telanjang, meliuk-liukan badannya dan rambutnya disasak, mereka tidak akan masuk surga, juga tidak akan mencium baunya. Padahal bau surga itu dapat tercium dari jarak amat jauh”. (HR. Muslim).
Taat kepada Suami
Wanita yang mampu memelihara rahasia dan harta suaminya tergolong sebagai wanita shalihah. Karena itu Allah mewajibkan kepada suami untuk memperlakukannya dengan baik dan penuh kasih sayang..
Rasulullah saw. bersabda: ”Jika seorang istri itu telah menunaikan shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya, dan taat kepada suaminya, maka akan dipersilahkan kepadanya memasuki surga dari pintu mana pun yang ia suka”. (HR. Ibnu Hibban, al-Bazzar, Ahmad dan Thabrani. Dan dibenarkan oleh Albani).
Sebaliknya durhaka kepada suami akan mendatangkan bencana dari Allah. Baik bencana yang disampaikan melalui perantara malaikat maupun manusia. Diantara sikap taat para istri kepada para suami, adalah meminta izin kepada suami jika hendak keluar rumah, tidak meminta bercerai tanpa alasan yang dibenarkan agama, menjaga sopan santun dan kehormatan saat keluar rumah, tidak mengeraskan suara melebihi suami, tidak membantah suaminya dalam kebenaran, dan tidak menerima tamu yang dibenci suaminya ke dalam rumah, apalagi bermesraan dengan lelaki lain.
Lemah Lembut dan Pemalu.
Malu merupakan sebagian dari iman. Diriwayatkan pada sebuah hadits Arba’in Nawawy : “Jika kamu tidak malu, maka lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan”. Wanita yang memiliki sifat malu akan selalu mempertimbangkan semua yang akan ia lakukan. Ia senantiasa berfikir dampak dari setiap tingkah lakunya. Hal ini ia lakukan untuk menjaga dan memelihara dirinya dari fitnah dan perbuatan keji. Bahkan sifat sopan dan pemalu ini dijadikan sebagai daya tarik pada bidadari, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an pada penggalan ayat yang artinya: Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya… (QS. Ar-Rahman :55:56)
Rasulullah saw. Bersabda :”Dunia ini perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah”. (HR Muslim). Kata perhiasan terkait dengan makna keindahan. Wanita shalihah senantiasa menjaga daya tarik dirinya bagi suaminya. Wanita yang senantiasa menjaga keindahan digambarkan dalam al-Qur’an yang artinya: Dan (di dalam surga itu) terdapat bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik. (QS. Al-Waqi’ah:22-23)
Sebaik-baik seorang istri adalah yang jika suami memandangnya, ia memberikan kebahagiaan. Jika suami menyuruhnya, ia mentaatinya. Dan jika sang suami pergi, ia menjaga dirinya dan hartanya. Istri shalihah senantiasa menyenangkan hati suaminya dan menjaga suasana cinta dan kasih sayang tetap bersemi dalam keluarga. Sesuai sabda Rasulullah saw.: “Sesungguhnya apabila seorang suami menatap istrinya dan istrinya membalas pandangan (dengan penuh cinta kasih), maka Allah menatap mereka dengan pandangan kasih sayang. Dan jika sang suami membelai tangan istrinya, maka dosa mereka jatuh berguguran di sela-sela jari tangan mereka”.
Wanita shalihah ibarat sekuntum mawar yang datang dari surga, anggun di balik perisai ketegasan, cantik dalam balutan malu, berbinar dalam tunduknya pandangan mata. Ia lembut sekaligus tangguh, ia mempesona meski tak tersentuh, ia serahkan jiwa raga kepada Rabb-nya.
Wanita Shalihah memiliki hati seperti embun yang merunduk tawadhu' di pucuk2 daun. Seperti karang berdiri tegar yang disirami air hujan. Memiliki iman seperti bintang, terang benderang menerangi kehidupan.
Pernahkah Anda melihat, seekor induk ayam menerjang siapapun yang berusaha mendekati anak-anaknya ? Atau seekor induk kucing yang lalu menggendong anaknya berpindah tempat, ketika merasa anak-anaknya kurang aman di suatu tempat? Lalu, pernahkah Anda sendiri, seorang ibu, merasakan betapa berat hati Anda meninggalkan anak-anak Anda untuk pergi ke kantor, meninggalkan anak-anak Anda dalam pengasuhan orang lain ?
Semua itu hanya beberapa contoh bentuk insting atau naluri yang telah Allah karuniakan pada makhluk-Nya. Naluri melindungi diri, naluri mempertahankan hidup, lalu seperti contoh yang sudah saya sebutkan, naluri melindungi dan memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Dan Allah tidaklah pernah menciptakan segala sesuatu tanpa maksud dan tujuan, begitu juga dengan naluri. Lalu ketika hati kita meronta karena melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan naluri kita, apakah kita pantas mengabaikannya ?
Itulah dilema yang saya alami , seorang ibu bekerja, dengan satu anak laki-laki usia 6,5 tahun. Saya mengabaikan naluri saya, dalam kurun waktu yang sama dengan usia anak saya saat ini. Diawali ketika saya harus meninggalkannya di tangan seorang pengasuh, ketika harus kembali bekerja setelah cuti melahirkan. Sedih ? Pasti. Merasa bersalah ? Sangat. Tapi saya berhasil mengabaikannya.
Prestasi luar biasa bagi saya, tapi mungkin cuma hal sepele bagi orang lain, wajar kata sebagian orang, ketika harus meninggalkan anak bekerja, karena tuntutan jaman sekarang memang begitu. Lalu saya kembali harus menelan ludah yang terasa pahit, ketika saat anak saya pertama kali bisa duduk, bisa merangkak, bisa berdiri, bisa berjalan, dan bisa bicara saya tidak menyaksikannya sendiri, ibu pengasuhlah yang menceritakan pada saya.
Dan tak terhitung berapa kali saya diam-diam menangis, ketika anak lebih nyaman bermain dengan pengasuhnya, ketika dia sakit tapi ada pekerjaan yang tidak bisa saya tinggalkan, atau ketika saya harus menjalani tugas diluar kota.
Setiap pertentangan batin berhasil saya lewati, paling tidak sampai saat ini, namun saya merasa pertahanan saya tidak sekuat dulu. Perkiraan bahwa semakin bertambah usia anak, dia akan semakin mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap ibunya memang tidak salah. Anak saya tumbuh jadi anak mandiri, cukup cerdas dan dewasa diantara anak seusianya. Tapi apakah semakin dewasa ia semakin tidak membutuhkan ibunya ? Tegas saya jawab, tidak.
Tapi jenis kebutuhannya yang berbeda dan semakin berkembang. Kalau semasa bayi, dia membutuhkan ASI dari ibunya. Lalu ketika batita, dia membutuhkan tangan yang membimbing ketika berjalan, dia membutuhkan seseorang yang mengajarkan kata-kata baru, dia membutuhkan seseorang yang akan setia menjawab ketika dia bertanya, “Apa ini?” atau “Apa itu?”. Di usia pra sekolah, semakin kompleks pertanyaan-pertanyaan yang dia ajukan. Akankan seorang pengasuh bisa menjawab dengan tepat pertanyaan, “Darimana asal adik bayi?” atau “Kenapa langit berwarna biru?”.
Kemudian ketika memasuki usia sekolah, dia butuh seseorang yang akan menguatkan dan membuatnya merasa sekolah adalah tempat yang aman, dan ada seseorang yang menunggu diluar sepulang sekolah. Di usia SD, dia ingin ikut bermacam les seperti teman-temannya, wushu, drum, robotika… dia membutuhkan seseorang yang mengantarnya, dia membutuhkan seseorang yang menemani dia mengaji, dia membutuhkan seseorang yang mengingatkan keutamaan sholat dan ibadah lain, dia membutuhkan teman yang menemaninya belajar tanpa terkantuk-kantuk. Ketika remaja, dia membutuhkan seseorang untuk menumpahkan kesedihan dan keceriaannya di sekolah.
Bahkan ketika sudah mapan, menikah dan mempunyai anak pun, seorang anak tetap membutuhkan ibunya, meski sekedar untuk meminta nasihat dan mencurahkan keluh kesahnya.
Selama ini, saya merasa sudah memenuhi kebutuhan anak saya, meski tidak optimal. Seorang ibu pasti akan memberikan yang terbaik untuk anaknya, bagaimanapun kondisinya. Tapi ketika anak saya membutuhkan banyak hal, sedangkan saya tidak bisa memenuhi kebutuhan itu (kelelahan, banyak pekerjaan, tidak ada waktu), akhirnya saya yang akan meminta pengertiannya, selalu begitu. Dan dia, laki-laki kecil itu akan selalu berusaha bisa mengerti saya, ibunya. Adilkah bila seorang anak yang seharusnya dimengerti justru dikondisikan untuk berusaha mengerti ?
Sebagai perempuan, sudah jelas kewajiban dan amanah saya yang utama, menjadi ibu dan istri. Dan amanah itu, pasti akan Allah mintai pertanggungjawaban kelak. Bagaimana kau mendidik anakmu? Bagaimana kau melayani suamimu ? Dengan bekerja, saya membebankan satu amanah lagi di pundak saya, dan pasti harus saya pertanggungjawabkan pula. Sering saya berfikir, berani-beraninya saya mengambil satu amanah lagi, sementara satu amanah utama saja belum tertunaikan dengan sempurna ? Astaghfirullah…
Rasanya sudah berkali-kali saya menyimpulkan, solusi masalah saya adalah saya harus berhenti bekerja atau mencari alternative pekerjaan lain yang bisa saya kerjakan dari rumah. Suami saya pun mendukung sepenuhnya, bahkan beliau menyatakan lebih tenang bekerja bila saya sendiri yang mengasuh anak di rumah. Tapi saya tidak pernah punya keberanian untuk mewujudkannya, terlalu banyak hal yang saya takutkan. Bagaimana kalau saya bosan, bagaimana mengkondisikan diri yang terbiasa punya uang sendiri lalu harus tergantung pada suami, bagaimana bila terjadi sesuatu dengan suami, bagaimana mencukupi kebutuhan hanya dengan satu gaji, bagaimana dengan keinginan naik haji ?
Begitulah, ketika beberapa kali keinginan berhenti bekerja menguat, yang biasanya diawali tuntutan-tuntutan anak saya, tak berapa lama keinginan itu pun memudar. Titik terang mulai terlihat beberapa minggu ini, saya semakin mantap untuk berhenti bekerja. Satu per satu pertanyaan dan ketakutan saya terjawab. Soal financial, alhamdulillah Allah memudahkan jalan rejeki kami sehingga kami punya rumah dan kendaraan yang layak, Allah telah menghajikan kami, Allah telah mencukupi semua kebutuhan material kami.
Saya berusaha tidak munafik, memang masih banyak sekali keinginan dan kebutuhan lain yang tidak akan habis kami kejar, semua orang pun pasti begitu. Setelah punya rumah pasti ingin punya rumah yang lebih besar, sudah punya mobil pasti ingin mobil yang lebih bagus, sudah berhaji pasti ingin berhaji lagi. Tapi apakah itu tujuan hidup saya ? Soal ketakutan bosan tanpa kegiatan di rumah, pasti bisa disiasati. Banyak kegiatan yang bisa saya ikuti, memperbanyak pengajian, kursus ketrampilan rumah tangga, LSM ?
Lalu bagaimana bila terjadi sesuatu dengan suami ? Masya Allah, saya sungguh malu pernah meragukan ini, bukankah semuanya telah diatur Allah ? Dan bukankah saya pun bisa tetap berusaha menghasilkan uang meskipun tinggal di rumah ? Kemudian perkataan kerabat yang pernah membuat saya kembali berpikir, bukankan kalau kamu bekerja, berarti kesempatan kamu untuk bersedekah lebih besar ? Pertanyaan itupun terjawab, bukankah sebaik-baik sedekah adalah sedekah untuk keluarga terdekat kita, anak-anak kita dan suami kita ?
Bukan berupa uang, tapi keikhlasan kita menyiapkan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Ketika saya mencurahkan kegundahan saya pada seorang sahabat, beliau hanya menjawab dengan kalimat sederhana, “hidup kita semata-mata ibadah, ketika kamu dihadapkan pada dua pilihan yang sama berat, pilihlah yang akan membuat kualitas ibadahmu menjadi lebih baik”. Subhanallah, saya yakin berhenti bekerja adalah yang terbaik bagi saya dan keluarga saya saat ini.
Dan akhirnya satu hal yang semakin memantapkan saya, bagi saya anak adalah investasi akherat saya. Dialah (dan insya Allah adik-adiknya) yang saya harapkan menerangi alam kubur saya dan suami dengan doa-doa dan amalan sholihnya. Dan inilah kesempatan saya sekali seumur hidup, tidak akan terulang, untuk mendidiknya dengan baik sehingga kelak ia akan dewasa menjadi lelaki sholih yang selalu mengingat saya dan suami dalam setiap doanya.
Setelah melalui proses istikhoroh dan membersihkan niat karena Allah semata, saya pun memutuskan berhenti bekerja. Sungguh, keputusan ini bukan keputusan ringan, tapi merupakan keputusan terberat dalam hidup saya. Dan ternyata setelah memutuskan pun, Allah masih menguji kesungguhan saya. Permohonan resign saya belum terkabul dari perusahaan tempat saya bekerja. Tapi saya yakin dan selalu berusaha berbaik sangka, ketika saya benar-benar ikhlas dan berserah pada Allah, pasti Allah akan memudahkan urusan saya. Dan bukankan ketika kita mendapatkan sesuatu melalui proses yang berat, pasti kelak kita akan lebih mensyukurinya ?
**Apa yang saya rasakan mungkin berbeda dengan apa yang dirasakan ibu-ibu lain. Banyak ibu yang bekerja tapi tetap menikmati perannya sebagai ibu maupun sebagai pekerja dan bisa menjalankan kedua amanah itu dengan sama baiknya, salut dan penghargaan saya setinggi-tingginya untuk ibu-ibu yang berdedikasi seperti ini. Ingin saya menjalani seperti itu, tapi ada daya saya merasa tidak cukup mempunyai kekuatan sebesar itu. Hidup adalah pilihan, dan ini pilihan yang saya tempuh. Selalu bersyukur, bersabar, dan menyadari konsekuensi setiap pilihan adalah kunci untuk berbahagia dengan apapun pilihan kita, insya Allah.
Demikianlah dalam kitab `Minhajul Abidin’.