2. Memberi Kabar Gembira

Entah apa jadinya kota suci Mekkah saat ini bila tidak ada peranan seorang istri gubernur Dar’iyah yang mengajak suaminya untuk memenuhi ajakan dakwah Ahlussunnah yang dibawa oleh Imam Muhammad bin Abdul Wahhab?
Memang, kita tidak menyangsikan akan adanya rencana dan kekuasaan Alloh swt, mungkin dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab akan berhasil melalui jalan lainnya, akan tetapi di sini, yang sedang kita lihat dan renungkan sekarang ini adalah tentang kemuliaan seorang istri sholehah yang berusaha untuk mengajak suaminya agar mendukung dakwah yang mulia itu.
Kisah ini terjadi sekitar dua ratus tahun lalu, ketika kota Hijaz masih dipenuhi oleh kebodohan yang pada akhirnya menciptakan berbagai lahan bid’ah dan khurafat. Di kota itu ada satu kuburan yang dianggap kuburan Zaid bin Khattab.
Masyarakat yang bodoh itu setiap harinya beramai-ramai mendatangi kuburan tersebut, menyembelih hewan di sisinya, dan mengambil keberkahan darinya. Di kuburan itu juga terdapat pohon kurma jantan yang selalu dikunjungi oleh wanita-wanita yang telat nikah, sambil mengatakan, “Wahai jantannya para jantan, kami menginginkan suami sebelum lewat satu tahun.”
Dalam kondisi yang mengkhawatirkan seperti itu, Alloh swt berkehendak merubahnya, Dia menakdirkan seorang imam (Muhammad bin Abdul Wahab) yang datang dari kota Ayinah untuk memerangi berbagai bentuk kesyirikan tersebut dan mengembalikan manusia kepada kitabulloh dan sunnah nabi yang di mulia di negeri yang mulia itu.
Namun, ada saja aral rintangan dakwah, orang yang tidak menyukai dakwah Imam meminta kepada gubernur di kota itu untuk membunuh Al-Imam, pada akhirnya gubernur itu tidak membunuhnya, akan tetapi dia mengusir beliau dari kota kelahirannya tersebut.
Tanpa berpikir panjang beliau pun pergi meninggalkan kota tersebut. Dengan berjalan kaki beliau menuju Dar’iyah dengan cahaya kebenaran yang diserukannya.
Di tempat baru tersebut beliau menemui seorang tokoh yang mulia, namanya Muhammad bin Suwailim Al-’Uraini. Ketika Ibnu Suwailim melihat Imam Muhammad bin Abdul Wahab, ia gemetaran karena rasa takut. Beliau berkata kepadanya untuk menenangkannya, “Bergembiralah dengan kebaikan, yang saya serukan kepada manusia ini adalah agama Alloh, dan Alloh pasti akan memenangkannya.!”
Gubernur Dar’iyah saat itu adalah Muhammad bin Sa’ud. Kedua saudara-saudara Gubernur yang masih bersih imannya, yaitu Tsunaiyan dan Musyawi mengetahui dengan kedatangan Al-Imam, mereka berdua berniat menolong dakwah yng diserukan oleh Imam Muhammad bin Abdul Wahab.
Berangkatlah mereka berdua menuju istri saudara mereka, Gubernur Muhammad bin Sa’ud. Nama istri gubernur adalah Mudli bintih Wathyan. Kedua saudara itu berkata kepada istri gubernur yang sholehah ini, “Kabarkan kepada Muhammad keberadaan laki-laki ini (Imam Muhammad bin Abdul Wahhab), berilah dia motivasi agar menerima dakwahnya dan tumbuhkan semangatnya untuk mendukungnya serta memperkokoh dakwahnya.”
Ternyata, istri yang cerdas dan yang telah terpenuhi hatinya dengan cahaya iman ini mampu mengatur segala sesuatunya dengan baik. Tatkala suaminya Muhammad bin Sa’ud datang, ia segera menghampirinya seraya berkata, “Bergembiralah dengan datangnya keuntungan yang sangat besar.”
Alangkah indahnya perkataan itu. Demi Alloh, hati kaum laki-laki akan berbunga dan perasaannya akan terbang menerawang, hanya sekedar mendengar kata bergembiralah dari istrinya. Keuntungan macam apakah yang ia maksudkan? Apakah keuntungan hasil perdagangan? Tentu tidak, bahkan keuntungan perniagaan yang lebih besar dari itu.
Ia melanjutkan perkataannya, “Bergembiralah dengan datangnya keuntungan besar yang digiring oleh Alloh kepadamu, seorang da’i yang menyeru manusia kepada Alloh, kitab-Nya, dan sunnah rasul-Nya saw. Alangkah indahnya keuntungan itu, segeralah bergegas menerimanya dan mendukungnya. Jangan sekali-kali bersikap masa bodoh dalam hal tersebut.”
Alangkah besarnya perniagaan yang ditawarkan istrinya itu kepada suaminya tersebut. Seorang istri yang memiliki ketajaman akal, kefasihan lidah dan keberanian di dalam mengungkapkan kebenaran, sekalipun yang dihadapinya adalah suaminya, yang harus ia hormati dan taati. Namun, dia tidak mempersoalkan yang demikian, karena persoalan agama lebih utama, dan dia tidak mabuk kekuasaan, hingga melupakan para aktivis dakwah. Demi Alloh, ia telah memberi kabar gembira dengan datangnya keuntungan besar kepada suaminya yang suatu saat kelak akan dipetik di sisi-Nya.
Kemudian sang gubernur Muhammad bin Sa’ud pun memenuhi ajakan yang sangat mempesona itu secara spontan. Sang gubernur ingin meminta pendapat istrinya, “Apakah sebaiknya saya mengundangnya, atau saya pergi menemuinya?”
Ajakan sang gubernu pada istrinya untuk bermusyawarah itu sebagai bukti, bahwa ia memperhatikan pendapat sang istri. Ini merupakan bangunan rumah tangga yang kokoh. Bangunan yang didirikan atas landasan kecintaan dan saling memahami.
Saling memahami antara suami dan istri di bawah naungan syari’at Alloh swt. Sang suami meminta pendapat sang istri, dan sang istri meminta pendapat sang suami demi kemaslahatan mereka bersama. Inilah kebahagiaan hidup rumah tangga yang sering diidam-idamkan.
Alangkah indahnya hidup berumah tangga seperti itu, istri gubernur ini benar-benar mengumandangkan kebenaran di dalam menyampaikan pendapatnya kepada suaminya sebagai wujud baktinya untuk agama ini dan juga sebagai rasa kasih sayang dia kepada suami. Karena istri yang shalihah akan selalu memotivasi suaminya agar berada di jalur kebaikan, mencintai para ulama, dan selalu menghadiri majelis-majelis kemuliaan yang berisikan warisan-warisan Rasululloh saw di dalamnya. Bukan sebaliknya, membiarkan suami bergelimang di dalam dosa dan kemaksiatan yang nantinya hanya akan berujung di neraka. Na’udzubillah.
Demikian itulah hasil dari motivasi yang diberikan oleh binti Wadhyan kepada suaminya. Dan sang gubernur pun menyambutnya.
Berkat karunia Alloh swt dakwah Islam tersebar luas hingga sampai ke negera Syam melalui seorang Imam kaum muslimin, Muhammad bin Abdul Wahhab. Namun di balik itu semua, cahaya kebenaran itu muncul kembali melalui seorang istri yang selalu menghendaki kebaikan bagi suaminya dengan memberikan kabar gembira akan adanya keuntungan yang besar di sisi Alloh swt.
Berilah kabar gembira kepada suamimu dengan jannah Alloh swt.